Pada Tahun 4800 Kalender Bintang, lima silsilah Vidyadhara membuat aliansi di Yuque, menuliskan sumpah suci mereka. “Sumpah ini akan tetap tak terpatahkan, berdiri lebih kuat dari tanah dan baja.” — Sejarah Xianzhou: Keluaran Lima Naga Pada Tahun 7379 Kalender Bintang, Imbibitor Lunae Dan Feng menyebabkan kekacauan yang mengancam kayu keramat. Cloud Knights bergabung dengan Vidyadhara Preceptors untuk menyerangnya. — Sejarah Xianzhou: Catatan Perang Ksatria Awan “Penerus mulia Azure Dragon, pembawa berkah ilahi dari surga. Melintasi awan dan menganugerahkan hujan, membentuk bentuk sesuai esensi dunia.” Dia bermimpi memikul tanggung jawabnya, melakukan tarian ritual dengan anggun, dan menyegel Ambrosial Arbor. Dia bermimpi melangkah ke medan perang di mana bilah dan anak panah tajam berjatuhan seperti hujan, dan menjatuhkan hukuman dari langit. Dia bermimpi dirantai di antara pilar batu giok, tertusuk paku panjang, tersegel dalam kegelapan. Dia bermimpi mengembara tanpa tujuan dalam kegelapan, dikejar oleh bayangan yang mengintai. Dalam semua mimpinya, dia adalah seekor naga, pahlawan, orang berdosa, tetapi tidak pernah menjadi orang yang memiliki cinta, kebencian, kesedihan, atau kegembiraan seperti orang lain di dunia ini.

Kalender Bintang Tahun 7380, Jingliu, ahli pedang Luofu yang dilanda mara, menebas keluar dari Starskiff Haven, menerobos para Ksatria Awan yang ditugaskan untuk menaklukkannya sebelum menghilang dalam kabut sejarah. Kalender Bintang Tahun 8096, seorang prajurit muda bernama Yanqing menjadi terkenal dari turnamen yang diselenggarakan oleh Seat of Divine Foresight, dan dianugerahi pangkat Letnan Ksatria Awan. “Tahun-tahun berlalu dalam sekejap, segelas anggur adalah satu-satunya pelipur lara.” Kilatan sekilas – demikianlah kecepatan pedang cepat saat master dan muridnya bertanding, dan demikianlah perjalanan waktu yang tiada henti. Sudah berapa lama? Duelnya dengan tuannya, berabad-abad yang lalu, masih bergejolak seperti kenangan kemarin. Tapi beberapa tahun antara sekarang dan saat dia menerima anak laki-laki itu sebagai muridnya terasa seperti seumur hidup. Waktu berlari kencang, secepat kuda jantan, tiba-tiba seperti sambaran petir, menyiksa seperti pedang yang menusuknya. Namun, rasanya semuanya selalu sama.